Utsman bin Affan adalah salah satu dari empat sahabat Nabi Muhammad yang juga menjadi khalifah ketiga dalam sejarah peradaban İslam setelah wafatnya Nabi. Dibandingkan dengan tiga khalifah lainnya, Utsman termasuk di antara khalifah yang memiliki masa pemerintahan paling lama. Secara umum, karakter Utsman bin Affan dikenal sebagai khalifah yang sederhana, dermawan, dan pemalu, meskipun ia seorang saudagar kaya.
Utsman bin Affan adalah salah satu sahabat nabi dan menggantikan Umar bin Khattab sebagai khalifah ketiga; diangkat menjadi khalifah pada usia 70 tahun.
Pengalaman adalah guru terbaik, dan Anda bisa mempelajarinya dengan belajar dari kisah inspiratif Usman bin Affan. Bahkan para malaikat pun tercengang melihat Utsman yang begitu cerdas dan taat dalam mengamalkan İslam.
Utsman memainkan peran penting dalam sejarah İslam karena dialah yang menyusun ayat-ayat Alquran yang masih kita gunakan sampai sekarang. Sebelum dikenal sebagai Utsman, ia umumnya dikenal sebagai Abu Amru; Namun, ketika dikaruniai seorang anak dari Ruqayah binti Rasulullah SAW dan anak tersebut bernama Abdullah, masyarakat muslim saat itu memanggil Utsman dengan nama Abu Abdillah.
1. Murah hati
Sosok Utsman bin Affan memang dikenal sebagai sosok yang sangat dermawan. Hal ini terungkap dalam sebuah kisah, di mana ia menyumbangkan sebagian dari kekayaannya sebesar 20.000 dirham untuk membantu menggali mata air untuk kepentingan orang-orang di Madinah. Ketika Rasulullah SAW membutuhkan sebidang tanah untuk membangun Masjid Nabawi, Utsman pun langsung menyumbangkan hartanya.
2. Keberanian
Meski dikenal lembut dan pemalu, Utsman bin Affan juga seorang khalifah yang terkenal dengan keberaniannya. Pada masa pemerintahannya, sering terjadi pemberontakan dan Utsman tidak gentar menghadapi pemberontakan tersebut. Bahkan Utsman pernah menghadapi pasukan Romawi di Afrika Utara dengan perlengkapan perang yang lengkap.
3. Kesederhanaan
Utsman adalah seorang saudagar kaya, tetapi dia cukup sederhana. Bahkan dikisahkan bahwa di rumahnya, Utsman biasa makan roti dengan cuka atau minyak meskipun sebenarnya dia bisa makan makanan mewah. Sifat ini dicontohkan oleh masyarakat muslim saat itu.