Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi Rabies

A Woman catches a cold, illness, asian

Pasti Anda sudah familiar dengan istilah rabies atau yang dikenal dengan “anjing gila.” Rabies ini merupakan sebuah infeksi virus yang menyerang otak dan sistem saraf. Penyakit ini juga tergolong sangat berbahaya karena sangat berpotensi menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani atau tidak mendapatkan cara mengatasi rabies yang tepat.

Dilansir dari alodokter.com, pada tahun 2017, di Indonesia sudah ada lebih dari 25.000 kasus gigitan hewan penular penyakit rabies yang sudah divaksinasi, tetapi masih ada 90 korban meninggal. Kasus meninggal yang terbanyak ada di provinsi Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan dengan jumlah masing-masing ada 22 kasus. Mengingat bahayanya penyakit ini, diharapkan setiap orang memahami penyebab, gejala, serta cara mengatasinya.

Penyebab Rabies

Sebelum lebih lanjut membahas tentang cara mengatasi rabies, Anda perlu mengetahui beragam penyebabnya. Penyebab rabies adalah sebuah virus yang dinamakan rhadovirus dan terdapat pada air liur hewan yang telah terinfeksi. Hewan yang telah terinfeksi dapat menyebarkan virus dengan menggigit hewan lain atau manusia. Tak hanya itu, virusnya juga dapat menular lewat cakaran. Beberapa hewan yang harus diwaspadai sebagai penular virus rabies ini adalah anjing. Beberapa hewan lainnya yang juga perlu diwaspadai adalah kucing, musang, kera, bahkan kelinci.

Pada kasus yang sangat jarang, penularan virus rabies dapat terjadi dari manusia ke manusia lain melalui transplantasi organ. Dalam kasus yang jarang terjadi pula, penyakit ini dapat menyebar apabila air liur dari hewan yang terinfeksi mengenai atau masuk ke dalam luka terbuka atau membran mukosa manusia, seperti mulut atau mata. Kondisi ini dapat terjadi jika hewan yang terinfeksi ini menjilat luka terbuka Anda.

Gejala Rabies

Setelah mengetahui bagaimana penyakit yang berbahaya ini bisa menular ke tubuh manusia, berikutnya adalah mengetahui apa saja gejala yang dapat dialami penderitanya. Infeksi virus penyebab rabies ini memunculkan banyak gejala yang bisa dikenali apabila Anda segera memahaminya. Gejala apa sajakah itu?

Sebenarnya, cara mengatasi rabies ini harus menuntaskan gejalanya agar tidak kambuh lagi. Dalam kasus infeksi rhadovirus, gejala ini dapat terjadi ataupun tidak, tergantung pada tingkat keparahan infeksi yang dialami. Infeksinya berlangsung dalam empat tahap. Tahap pertama adalah masa inkubasi di mana gejalanya belum muncul dan akan muncul setelah 35-65 hari pasca gigitan atau cakaran. Jika gejalanya sudah muncul, maka kondisinya sudah tergolong parah.

Tahapan kedua adalah prodrome yang ditandai dengan sakit kepala, demam sampai 38 derajat Celcius, cemas, sakit tenggorokan, batuk, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, dan rasa sakit atau mati rasa di daerah yang digigit atau dicakar. Semua ini berlangsung selama 2-10 hari. Fase berikutnya adalah gangguan neurologis akut, di antaranya jadi lebih agresif, hiperaktif, mengalami kejang otot, berhalusinasi, takut air, takut cahaya, dan banyak hal lainnya.

Fase terakhir adalah koma dan kematian. Hal ini terjadi apabila kondisi rabies tidak segera diobati. Koma karena rabies sering berujung pada kematian dalam hitungan jam, kecuali jika penderitanya terhubung dengan alat bantu pernapasan (ventilator). Kasus kematian umumnya terjadi dari hari ke-4 sampai hari ke-7 setelah pertama kali muncul gejala.

Cara Mengatasi Rabies

Saat infeksi rabies sudah berada pada tahap menimbulkan gejala, kondisi tersebut sudah berbahaya dan sangat berpotensi menyebabkan kematian. Sampai saat ini, belum ada metode mengobati rabies yang sudah sampai tahap tersebut. jadi, cegahlah rabies dengan pemberian serum anti rabies setelah digigit, dicakar, atau terkena air liur binatang yang berpotensi menularkan virus. Penanganan awal pada luka bekas gigitan atau cakaran juga harus segera dilakukan dengan membersihkan luka menggunakan sabun, pemberian antiseptik (alkohol atau povidone iodine), dan pergi ke fasilitas kesehatan terdekat.

Sumber Artikel:

www.alodokter.com

hellosehat.com

Sumber Gambar:

www.alodokter.com