Saat-saat kurang mobilisasi disebabkan wabah COVID-19 belum juga usai, walau telah ada banyak kantor atau lembaga yang berlakukan kegiatan offline. Karenanya, desas-desus berkaitan kesehatan psikis pada kondisi wabah masih tetap hot di kelompok masyarakat, satu diantaranya yang disebabkan kegiatan online seperti work from home (WFH) atau evaluasi jarak jauh.
Langkah Menangani Burnout (Khususnya Sepanjang #MasihDiRumahAja)
Siapa saja yang jalaninya tentu pernah merasakan saat di mana kecapekan yang hebat serang, hingga kehilangan rasa ingin lakukan suatu hal lainnya. Maunya pengin tiduran terus setiap waktu. Tahukah kamu, jika yang kita alami itu disebutkan dengan burnout?
Saat sebelum mengulas langkah menangani burnout, silahkan baca lebih dulu pengertian dan pemicunya.
Table of Contents
– Pengertian dan Pemicu Burnout
– Pertanda Kamu Burnout
– Bahaya Burnout Untuk Kesehatan Psikis dan Fisik
– 1. Masalah tidur
– 2. Kegemukan
– 3. Ngilu otot
– 4. Penyakit serangan jantung
– 5. Diabetes
– Langkah Menangani Burnout
– 1. Buat lingkungan kerja atau belajar yang aman
– 2. Berlaku asertif
– 3. Tentukan batas dalam kegiatan online dan quality time
Pengertian dan Pemicu Burnout
Menurut Maslach dan Leiter (2016), burnout ialah sindrom psikis yang ada sebagai tanggapan berkelanjutan pada pemicu depresi interpersonal yang akut. Dalam pada itu, beragam sumber mengatakan jika burnout dapat disebabkan karena:
– Minimnya support sosial yang ideal. Pisanti (2012) menulis jika support sosial penting untuk seorang untuk membuat proses coping pada depresi dan menangani resiko kecapekan yang terlalu berlebih karena berusaha keras.
– Kelebihan beban kerja. Factor ini berperan pada kecapekan dengan menipisnya kemampuan orang untuk penuhi tuntutan tugas. Saat kamu kelebihan beban kerja, kamu cuman mempunyai sedikit peluang untuk istirahat, menyembuhkan diri, dan mengembalikan kesetimbangan (Maslach dan Leiter, 2016).
– Minimnya perawatan diri. Walau perawatan diri bukan salah satu jalan keluar dalam mengembalikan burnout, perawatan diri perlu tetap dilaksanakan karena mempertahankan kesehatan itu wajib dalam kurangi resiko penyakit fisik yang karena burnout.
Pertanda Kamu Burnout
Maslach dan Leiter menjelaskan, ada tiga dimensi khusus dari burnout, yaitu:
– Kecapekan yang hebat. Sudah pasti, burnout disebabkan karena kecapekan karena melakukan aktivitas terlalu berlebih.
– Hati sinisme dan kepisahan diri dari kegiatan. Saat kamu burnout, kamu berasa tidak perduli kembali dengan kegiatan yang hendak kamu kerjakan, hingga konsentrasimu dapat menyusut.
– Merasa tidak produktif dan minimnya perolehan. Tujuannya kurang perolehan ialah saat kamu berasa kerepotan dan terkuras secara emosional saat kamu tidak sanggup penuhi tuntutan kegiatan secara terus-terusan.
Selanjutnya, dikutip dari artikel Elizabeth Scott dari Verywellmind, beberapa gejala yang dirasa seorang saat burnout mencakup:
– Tanda-tanda fisik: depresi akut karena burnout bisa mengakibatkan tanda-tanda fisik, seperti sakit di kepala dan sakit di perut atau permasalahan pencernaan.
– Tanda-tanda emosional: berasa terkuras, tidak sanggup menangani, dan capek, kekurangan energi untuk menuntaskan tugas mereka.
– Tanda-tanda sikap: berasa negatif mengenai pekerjaan, alami kesusahan fokus, dan sering minimnya kreasi.
Jika kamu pernah merasakan beberapa gejala seperti pada atas, sudah tentu kamu perlu siaga. Karena jika tidak ditangani secara pas, burnout dapat berbahaya untuk kesehatan psikis dan fisikmu.
Bahaya Burnout Untuk Kesehatan Psikis dan Fisik
Jika dihubungkan dengan mekanisme kegiatan remote atau online yang kita lalui sepanjang wabah COVID-19, burnout dapat mengakibatkan seorang berasa terisolasi dari dunia luar, hingga beresiko berbuntut pada stres.
Disamping itu, menurut penelitian yang sudah dilakukan Koutsimani, et. al. (2019), lingkungan yang penuh penekanan dapat memacu reaksi kuatir, hingga burnout bisa juga membuat seorang yang awalnya belum mempunyai masalah kekhawatiran jadi kumat, dan munculkan beberapa gejala masalah kekhawatiran untuk yang belum pernah merasakannya. Penting untuk ketahui langkah menangani kekhawatiran bila kamu telah terdiagnosa alami anxiety disorder.
Dari sisi masalah kesehatan psikis, burnout dapat memacu resiko masalah kesehatan fisik sebagai akibatnya karena sikap kurang sehat atau coping depresi yang kurang pas sepanjang melakukan aktivitas online, diantaranya:
1. Masalah tidur
Salah satunya masalah tidur yang tersering ada disebabkan burnout ialah insomnia. Karena, antara beberapa faktor yang lain dapat memacu insomnia, factor paling banyak ialah minimnya istirahat dan rutinitas tidur yang tidak teratur.
Disamping itu, sebuah study memberikan laporan jika tingkat keparahan insomnia tergantung juga dari beban kerja seorang, karena seorang dengan beban kerja tinggi akan condong lebih mempunyai potensi alami depresi kerja yang mengakibatkan terusiknya jadwal tidur.
2. Kegemukan
Menurut sebuah penelitian di Meksiko, burnout dapat memacu kegemukan karena depresi karena burnout bisa memacu konsumsi kalori berlebihan yang tidak dibarengi kesetimbangan dalam melakukan aktivitas fisik, yang pada akhirnya mengakibatkan Index Massa Badan (BMI) jadi bertambah.
3. Ngilu otot
Kondisi WFH atau belajar jarak jauh akan membuat kamu kerap duduk dalam waktu yang lama sekalian memandang monitor computer. Perihal ini pula yang mengakibatkan beberapa kasus beberapa orang yang WFH atau belajar online alami masalah ngilu otot, misalkan kram dan ngilu persendian.
Apa lagi, saat kondisi lingkungan dalam bekerja atau belajar kurang mencukupi. Dikutip sebuah riset, kemelut otot dan ngilu bisa juga disebabkan oleh burnout, tidak perduli dengan tipe tugas atau gender.
4. Penyakit serangan jantung
Dikutip dari Forbes, sebuah study yang dikerjakan oleh European Preventive Journal of Cardiology memberikan laporan jika burnout bisa mengakibatkan kekuatan bertambahnya detak jantung yang kurang teratur yang disebutkan atrial fibrillation hingga saluran darah ke jantung bisa terusik dan tingkatkan resiko penyakit jantung.
Disamping itu, study lain dari Appels dan Schouten (1991) mengatakan jika burnout disebabkan bekerja terlampau keras bisa memacu penyakit serangan jantung, apa lagi jika burnout dibarengi sikap yang berbahaya untuk kesehatan seperti merokok atau minum-minum.
5. Diabetes
Diabetes sebagai penyakit yang dikarenakan oleh kandungan gula darah yang bertambah. Resiko seorang menderita diabetes dikarenakan oleh depresi kronis bisa memacu seorang untuk kurang memerhatikan konsumsi gizi dan tidak jaga skema makan dan lupa cek up kesehatan.
Langkah Menangani Burnout
Saat ini, kita sudah mengetahui jika burnout itu beresiko sebab bisa mengakibatkan orang jadi kurang sehat psikis. Lantas, bagaimana triknya kita menangani burnout?
Menurut Luban (1994) dalam bukunya, Keeping the Fire: From Burnout to Balance, ada 3 langkah hadapi burnout yang dipersingkat jadi 3R:
– Recognize. Yakni memerhatikan pertanda mulai terjadi burnout. Jika kamu telah rasakan gejala-gejalanya di mana badanmu ‘menjerit,’ tidak boleh sangsi untuk stop dan istirahat.
– Reverse. Yakni kembalikan kondisi psikis dengan cari dukungan dan mengurus depresi. Dukungan dapat didapat dari rekan-rekan, keluarga, atau barisan support di sekelilingmu.
– Resilience. Yakni membuat psikis yang sehat dengan mengaplikasikan self care dan pengendalian emosi. Self care ini dapat mencakup tidur yang memadai, makan yang teratur, dan olahraga.
Selainnya ke-3 langkah ini, juga penting untuk kamu untuk mengaplikasikan taktik modifikasi lingkungan supaya kamu tidak terus-terusan terjerat dalam ‘lingkaran setan’ burnout. Beberapa tips menangani burnout ini penulis untuk berdasar pengalaman penulis sepanjang jalani tugas dan evaluasi online di periode COVID-19:
1. Buat lingkungan kerja atau belajar yang aman
Sebuah riset dari Galletta, et. al. (2016) memberikan laporan jika lingkungan menjadi factor psikososial dalam berlangsungnya burnout. Cari lingkungan untuk kerja dan belajar yang aman di periode wabah memang sedikit susah, apa lagi jika peluang keluar dari rumah terbatas.
Tetapi, kamu dapat menangani burnout dengan membuat ruangan kerjamu di dalam rumah jadi lebih menarik. Misalkan, kamu dapat menambah tanaman hijau di ruangan kerjamu. Sebuah penelitian memberikan laporan jika kehadiran tanaman hijau dapat tingkatkan suasana hati dan tingkatkan pemahaman akan keelokan ruang, hingga kamu dapat bekerja dengan semakin nyaman.
Kamu bisa juga menukar bangku dan meja yang kamu pakai untuk WFH atau belajar dengan furniture yang semakin nyaman, atau bekerja sekalian dengarkan musik yang menentramkan.
2. Berlaku asertif
Tidak ada orang yang menyukai jika dikasih beban kerja yang berat, apa lagi jika sampai tidak dapat istirahat. Oleh karena itu, berlaku asertif dan mengatakan keluh kesah sebab menganggap burnout ialah perlakuan yang betul.
Untuk kamu yang telah bekerja, kamu dapat mengulasnya baik dengan atasan kamu berkaitan kecocokan beban kerja. Dan jika kamu masih jalani perkuliahan online, kamu dapat menulis surat keluh kesah yang diperuntukkan ke pengurus akademis hingga beberapa tugas yang kamu peroleh tidak begitu memperberat.
3. Tentukan batas dalam kegiatan online dan quality time
Selainnya modifikasi lingkungan, sedikit ada trick menangani burnout yang penulis sebutkan dengan seting boundary. Sederhana saja, jika kamu telah usai bekerja atau belajar, janganlah lupa untuk habiskan waktu dengan beberapa orang paling dekat, walau sekedar hanya mengobrol melalui chat, video call, atau nge-game bersama.
Tidak perduli sejauh mana jarak pisahkan kita sama mereka, kita masih tetap makhluk sosial yang memerlukan hubungan sama orang lain untuk tetap bertahan hidup.
kunjungi juga fresh-hypnotherapy.com