Harga yang Wajar untuk Kilang Terapung LNG Blok Masela?

Perselisihan pendapat perihal skema eksploitasi gas di Blok Masela masih belum mendapatkan titik terang. Presiden Jokowi masih melaksanakan studi untuk mendalami dan pilih skema eksploitasi yang paling tepat. Inpex/Shell merencanakan melaksanakan eksploitasi dengan gunakan kilang terapung yang bakal diletakkan di perairan blok Masela. Cost Estimate Inpex/Shell untuk pembuatan kilang terapung ini adalah sebesar US$. 11,5 milyar. Biaya dengan sumur dan sistem mengolah bawah laut menjadi keseluruhan US$. 14,8 milyar.

Angka perkiraan kilang laut sebesar ini bisa saja sanggup membengkak. Pembengkakan anggaran sesungguhnya kudu diantisipasi. Ini adalah deskripsi awal biaya yang bakal dibutuhkan. Ini bukan bid dalam sistem tender, menjadi biaya masih sanggup naik. Beberapa hari yang selanjutnya Tenaga Ahli Menko Maritim bapak Abdul Rachim mengutarakan penyebab kisruh yang berjalan antara dua menteri soal Blok Masela Maluku adalah berkenaan hitungan investasi pembangunan kilang darat dan laut.

“Fortuga kalkulasi kilang laut lebih mahal berasal dari darat. Inpex bilangnya lebih tidak mahal berasal dari darat. Itungannya terbalik. Dia menyebutkan, dalam perhitungan Inpex dan Shell, biaya investasi untuk pembangunan klang laut di Masela yang berkapasitas 7,5 ton LNG per tahun adalah sekitar US$. 14,8 milyar. “Itu kan dua kali lipat Prelude (Australia), kenapa harganya cuma 20% di atas Prelude, tidak masuk akal,” tutur dia.

Angka ini bakal pilih apakah proyek feasible atau tidak. Apakah proyek bakal gunakan skema A ataukah B Water Meter Amico. Karena itu estimasi biaya sebagai parameter penentu haruslah diusahakan akurat.
Beberapa praktik dalam estimasi biaya ini adalah sebagai berikut:

 

1. Nembak harga

Istilah nembak harga ini adalah memicu angka ngawur sebab schedule untuk bidding sudah mepet dan tidak mendapatkan harga. Angka ngawur ini pun masih kudu diusahakan masuk akal. Akurasinya sanggup benar-benar rendah.

 

2. Menggunakan Rule of Thumb

Beberapa proyek atau anggota berasal dari proyek harganya sanggup dikira-kira dengan menggunakan rule of thumb. Termasuk dalam langkah ini adalah interpolasi dan ekstrapolasi berasal dari proyek terdahulu. Rule of thumb ini digunakan sebagai langkah cepat untuk estimasi, namun akurasinya rendah.

3. Menggunakan Analisa Biaya yang di-breakdown

Masing masing komponen biaya di-breakdown dan dihitung. Harga komponen peralatan sanggup dimintakan penawaran berasal dari Vendor. Analisis ini perlu selagi yang lama. Akurasinya paling tinggi.

Dari penjelasan tenaga pakar Menko di atas nampak bahwa Fortuga gunakan langkah B, yakni memicu ekstrapolasi berasal dari harga kilang laut Prelude. Ekstrapolasi seperti ini kudu disikapi dengan hati-hati. Angka yang didapatkan sanggup melenceng.

FLNG atau kilang laut untuk LNG ini adalah keliru satu berasal dari “emerging technologies”. Masih belum banyak perusahaan yang membangun FLNG. Karena itu masih belum banyak data empiris yang sanggup digunakan untuk membanding-bandingkan.

Benda yang sarat teknologi ini juga sukar untuk diprediksi biaya aktualnya. Ini sesungguhnya adalah fenomena biaya barang teknologi. Sebagai contoh, kita ambil contoh memory card atau SD card yang umum dipasang di HP untuk penyimpanan data.

Harga memory card kapasitas 8 GigaBytes adalah lima puluh ribu rupiah. Harga memory card dengan kapasitas 16 GigaBytes bukan dua kali lipat berasal dari yang berkapsitas 8 GigaBytes, namun cuma sekitar enam puluh ribu rupiah.

Jadi kalau harga kilang Prelude dengan kapasitas 3,6 MTPA adalah US $. 12,6 milyar, berapakah harga yang pantas untuk kilang laut Masela dengan kapasitas 7,5 MTPA? Jawabannya adalah kudu dilakukan asumsi biaya yang mempreteli komponen dahulu. Ini baru sanggup dibandingkan dengan fair. Rule of thumb tidak memadai representatif untuk asumsi biaya benda yang sifatnya masih masuk kategori “emerging technologies”.